Pagi
yang cerah, burung-burung berkicauan dan angin berhembus sepoi-sepoi mengiringi
langkah kaki seorang siswa Sekolah Menengah Atas yang biasa dipanggil Bayu.
Saat itu matahari sedang mengintip dan menyinari Bayu yang sedang menuju ke
sekolahnya. Suasana desa yang tenang dan damai membuatnya menikmati perjalanan
yang tidak begitu jauh sampai ke sekolahnya yaitu SMA N 1 Nepen. Ia merupakan
siswa kelas XII jurusan IPS. Disekolahan Ia termasuk murid yang malas namun
tergolong pandai.
“Woiii . . . . . . . Bayu! Kesini!”,
teriak temannya ketika Ia berjalan memasuki sekolahnya.
Sambil melangkah mendekat Bayu
bertanya, “Ada apa Mas?”.
“Tugas PKn udah selesai belom?”
“Tugas apa? Emangnya ada tugas ya?”
“Wah,Kamu lupa ya? Kan kemarin ada
tugas di buku paket halaman 32 itu lho...!
“Aduh! Aku lupa! Kamu udah ngerjain
belom? Aku pinjem ya? Hehe..”
“Kamu ini gimana to? Orang aku aja
mau pinjem kerjaanmu.”
“Lhoh? Yaudah, mendingan sekarang
kita pinjem Diana aja di kelas, beres kan?”
“Ayo!”
Mereka berdua kemudian pergi ke
Kelas. Bayu dan Dimas adalah teman satu kelas dan duduk satu meja. Jika ada PR
atau tugas yang diberikan guru, Dimas memang selalu menyontek tugas yang telah
dikerjakan Bayu. Namun walaupun Bayu pintar, Ia juga malas untuk mengerjakan
tugas-tugas dari gurunya sehingga dia hanya suka menyontek tugas yang telah dikerjakan
Diana, yaitu temannya yang pandai dan rajin di kelas.
Sesampainya di kelas, terdengar
celotehan-celotehan teman-teman Bayu dan Dimas yang memang tidak ada yang cemas
untuk mengerjakan tugas karena mereka semua sudah mengerjakan tugas. Bayu dan
Dimas melihat ke sekeliling kelas dan mencari Diana tetapi Diana tidak ada di
kelas. Mereka bertanya pada teman-temannya tapi tak ada seorang pun yang tahu
dimana Diana karena memang dari tadi Diana belum masuk kelas. Mereka berdua pun
mencari cara lain untuk mendapatkan contekan tugas dari teman mereka. Namun
dari sekian banyak teman mereka hanya Dianalah yang mau memberikan contekan
kepada mereka. Diana beranggapan bahwa tidak apa untuk meminjamkan tugas kepada
mereka asalkan tidak memberi contekan saat ulangan. Ia juga berfikir bahwa
mungkin yang meminjam tugas ada suatu halangan sehingga mereka tidak
mengerjakan tugas. Beda dengan teman-teman mereka yang lain, kebanyakan dari
mereka enggan meminjamkan tugas untuk dicontek karena mereka berfikir bahwa
kita sekolah adalah untuk menuntut Ilmu dan bersaing.
Bayu dan Dimas tetap berusaha untuk
mendapatkan contekan tugas dari teman-teman mereka yang lain walaupun hal itu
tidak mungkin.
“Aku pinjem tugas Pknmu boleh ga?”,
tanya Bayu ke setiap orang di kelasnya. Namun semua temannya tidak mau
meminjamkan tugas kepadanya. Bayu dan Dimas merasa cemas karena Pkn adalah jam
pertama pada hari itu. Mereka masih harap-harap cemas dan menunggu Diana
datang. Namun jam sudak menunjukkan pukul 06.55 dan belum ada tanda-tanda
kehadiran Diana.
Tak berapa lama kemudian Santi dari
Kelas sebelah masuk ke kelas mereka dan memberikan surat kepada salah seorang
temannya. “Ini surat izin Diana.”, kata Santi. Mereka pun sangat kaget karena
orang yang mereka tunggu-tunggu ternyata tidak masuk sekolah.
Teeeet . . . teeeet . . . teeeet . .
. Bel masuk kelas sudak berbunyi dan semua murid masuk ke kelas masing-masing
sedangkan Bayu dan Dimas hanya bisa pasrah dan berharap bahwa guru PKn tidak
akan hadir. Jika guru PKn yaitu Bp. Hartono tidak hadir maka mereka akan
terbebas dari ancaman hukuman.
“Selamat pagi anak-anak!”, suara Bp.
Hartono memecah keramaian kelas. Semua murid langsung menghentikan pembicaraan.
“Mampus Kita!”, bisik Dimas kepada
Bayu. Namun Bayu hanya tertunduk pasrah atas apa yang terjadi nanti. Bp.
Hartono dikenal sebagai guru PKn yang tegas dan disiplin. Beliau tidak
segan-segan menghukum muridnya yang melakukan kesalahan. Hukuman itu beliau
maksudkan untuk mendidik murid supaya lebih disiplin, karena kehidupan di masa
yang akan datang akan semakin sulit. Jika tidak mau disiplin dan malas-malasan,
maka akan sulit menjalani hidup.
“Hari ini yang tidak masuk siapa?”,
tanya Bp. Hartono.
“Diana Pak!”, jawab murid-murid
serempak.
Sambil membuka dan membaca surat
izin dari Diana beliau berkata, “Diana teman kalian sedang sakit Typus. Mungkin
Ia akan tidak masuk sekolah beberapa hari kedepan. Doakan Diana supaya lekas
sembuh ya anak-anak!”.
“Ya, Pak!”, seru murid-murid.
“Keluarkan tugas kalian kemarin!”,
perintah Bp. Hartono. Semua murid mengeluarkan tugasnya dan meletakkannya ke
atas meja. Namun tuidak untuk Bayu dan Dimas. Mereka hanya meletakkan buku kosong
tanpa ada hasil tugas yang telah diberikan. Bp. Hartono berkeliling untuk
mengecek semua tugas dari murid-muridnya. Namun saat beliau sampai ke bangku
Bayu dan Dimas, beliau tampak marah.
“Mana tugas kamu Bayu? Dan kamu
Dimas?” Bp. Hartono bertanya.
“Be. . belum pak.”, jawab bayu dan
Dimas.
“Kenapa Belum?”, tanya beliau lagi.
“Saya lupa pak.”, jawab bayu.
“Kenapa bisa lupa? Teman-temanmu
yang lain juga tidak lupa”
“Ma..maaf pak.”
“Kalau kamu Dimas, kenapa belum?”
“Lu..lupa juga pak, maaf.”, jawab
Dimas dengan gugup.
“Kalian ini benar-benar malas!
Kalian berdua saya hukum berdiri di depan kelas selama pelajaran saya!”,
perintah Bp.Hartono dengan marah. Bayu dan Dimas melangkah dengan wajah
tertunduk karena mereka malu untuk berdiri di depan. Mereka merasa sangat malu
saat memandang ke arah teman-teman mereka. Seperti ada jutaan pasang mata yang
menertawai mereka.
“Lain kali aku akan mengerjakan
tugas!”, pikir Bayu dengan mantap.
Lain dengan Dimas, “Lain kali aku
akan lebih awal memberi tahu Bayu supaya aku bisa pinjam tugas. Itu ide yang
bagus!”, pikir Dimas tanpa ada rasa menyesal.